Om Swastyastu,
Menurut isi Tulisan pada Babad Pasek Kayuselem, yang kami dapatkan
dari Bapak Pasek Dari Gianyar dan Buku Babad Pasek Kayuselem yang
disusun Oleh Bapak Putu Budiastra dan Bapak Wayan Warda dari denpasar,
ada beberapa Warga masyarakat Bali yang tergolong Warga Balyaga dan
diberi sebutan /nama kelompok dan tugas ataupun keahlian warga seperti,
Warga Pamesan, Warga Tewel, Warga Parabangkara (Sangging) dan
sebagainya.
disebutkan pula bahwa, pada masing masing warga kelompok telah
ditetapkan tatacara Upacara Yadnya dan perlengkapan Upakara khususnya
upacara pengabenan, dan istilah-istilah Upacara pengabenan yang
diberikan /ditetakan oleh Ida Bahtara Mpu Mahameru, atas Titah Ida Hyang
Pramesti Ghuru.
Tulisan ini kami angkat dan kami komputerisasi, serta kami
Pulikasikan via internet, adalah untuk dapat memberikan informasi
sekilas yang mungkin masih ada warga Masyarakat memerlukan terkait
dengan Kawitannya ( leluhurnya). Sebab sesuai dengan apa yang kami baca
dan kami pahami, ada hal-hal sebagai Isyarat yang mesti diikuti,
ditaati, dan dilaksanakan oleh masing – masing kelompok warga terkait,
guna medapatkan kehidupan yang tentram, damai dan sejahtra, larena jika
tidak melaksanakan apa yang telah ditetapkan /diisyaratkan (
Bisama_bisama) Ida Bhatara Kawitan masing-masing akan berakibat tidak
tercapainya tujuan-tujuan didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara ( Terkutuk/dikutuk) oleh leluhurnya masing-masing.
Warga Pamesan dan sekelompoknya :
Diceriterakan pada waktu Bhatara Brahma dan Bhatara Wisnu di
perintahkan oleh Bhatara Pramesti Guru menciptakan manusia di P Bali
dengan harapan agar dapat diikuti sesananya dimasa mendatang. Bhatara
berdua yaitu Brahma, Wisnu tidak menolak diperintahkan, beliau
menghormat, mohon diri kehadapan Bhatara yang disambut do’a Pujian serta
hujan bunga. Bhatara berduapun berangkat meninggalkannya. Oleh karena
cepat jalannya beliau segera tiba di Tampurhyang beliau beryoga, dengan
tekun dihadapan dupa perasapan. Dari penyatuan pikiran Beliau (
sidyajnana) keluar lima orang laki-laki amat sempurna. yang pada waktu
merninggalnya dianugrahkan gagaduhan sebagai berikut :
- Penjelmaan yang tertua, pada waktu meninggalnya diperkenankan mebale
bambu tidak diperkenankan mempergunakan kayu, Papiriingannya pupug,
tidak diperkenankan beralaskan api (baha), manah Toya(mencari air
Suci), medamar kurung, sebab mereka disebut Wong Pamesan. Penjelmaan
yang kedua ( Pamade) pada waktu meninggalnya diperkenankan mempergunakan
(Bade) kayu, matumpang salu, menek saput, mangle tetapi tidak
diperkenankan beralaskan api (baha), lebih-lebih memanah Toya sebab
mereka disebut Wong juru Ebat, anyanyagal ( tukang Potong), Manusa Juru
Tegel (pikul) penjelmaan ketiga pada waktu meninggalnya diperkenankan
mabya tanem ( menguburkan), tidak diperkenankan membakar serta memanah
Toya, medamar kurung, sebab mereka disebut Wong Tani dusun.
20a. Selanjutnya yang keempat diperkenankan kipula wisuda (naik
tingakt), memepergunakan Wadah( Bade) Warna, Mangle, kapas, memanah
Toya. Beralaskan api(baha), sebab disebut pamekel singgih. Kemudian yang
paling kecil diperkenankan menjadi satrya yang pada waktu meninggalnya
diperkenankan meperpgunakan wadah (Bade) , lembu, beralaskan api
(baha), memale salunglung, memanah Toya, damar kurung serta seluruh
tata upacra kesatrya, Demikian konon ceriteranya. Mereka pun menurunkan
keturunan anak beranak bercucu, berbuyut, mancngah, mawareng serta
mahijengan. Diceriterakan Bhatara Brahma membuat berjenis perlengkapan
alat kerperluan manusia. Bhatara Ciwa membuat bale papayon dengan maksud
agar dapat ditiru mansuia,
- dahulu pada waktu Beliau pergi ke gunung diringi oleh kelima orang
manusia ciptaanya,ketika beliau berkehendak mencari bahan-bahan,
tiba-tiba di tengah hutan dijumpainya Twed nangka, Bhatara kasihan
melihat twed nangka itu lalu berhenti, diperbaikinya dan dibentuk
manjadi manusia lengkap sebagai tata caranya. Twed Nangka itu kelihatan
amat bagus dan sudah berwujud seperti werapsara. Selanjutnya setelah
Togog Twed Nangka tersebut selesai, kembali Bhatara ke Sunyataya.
Demikian seriteranya. Kemudian Bhatara Ciwa kembali bersemadi untuk
menciptakan Manusia.dari tangan kana kirinya keluar manusia cakap
sejumlah 199 orang yang disinari Bhatara Smara. Mereka dikawinkan
semuanya. Namun diantara mereka itu masih tersisa seorang, tidak
mempunyai suami, tidak mau dimadu, lalu pergi dari tempat itu,. Oleh
karena tertekan perasaannya kecewa ia mengembara dan tidak
henti-hentinya menagis sambil berkata(anulame) menyesali nasibnya.
21a. Ketika sampai ditengah hutan dijumpainya Tuwed Nangka yang
telah berwujud sebagai manusia, amatlah senang hatinya perempuan itu
melihat kebagusan Togog nangka yang tak ubahnya seperti apsara gana
kelihatannya. Kerlingan matnya manis, benar-benar meanrik hatinya.
Itulah sebabnya ia berkata dan bersumpah, wahai engkau togog yang
berwujud sanghyang Mona, sungguh amat menarik hatiku dan telah
menimbulkan cinta bhaktiku. Yah andaikata engkau menjelma menjadi
manusia, aku bersedia menghamba padamu, akan aku jadikan suamisampai
akhir hayatku, suka duka bersama-sama tidur, menikmati hidup bersuami
istri, aku senantiasa melayanimu. Demikian katanya sambil dielus-elus
togog Nangka itu. Serasa olehnya bahwa ia sudah bercumbu kasih dengannya
dan tiba – tiba saja keluarlah spermanya pada waktu itu sebab sudah
merupakan takdir Tuhan yang Maha Kuasa.
- maka hamil namun ia tetap berkata dan berharap agar dikasihani
hyang. Akhirnya datanglah Bhatara Brahma disertai Bhatara Smara, lalu
Bhatar bersabda, hai kamu perempuan Baliaga dusun, bagaimana kehendak mu
sekarang, hendak bersuami dengan togog, ?. menjawab perempuan dusu itu
sambil menyembah,. Ya… Paduka Bhatara, hamba bersumpah, dihadapan paduka
Bhatara sebab besar cinta hamba kepada togog ini. Seandainya paduka
Bhatara berkenan, menyucikan togog ini menjelma menjadi Manusia hamba
bersedia menjasi istrinya, menuruti kemana perginya sampai kelak.
Bhatara mengabulkan sambil menjawab, hai kamu manusia andaikan demikian
aku tidak akan melalaikanmu.
22a. Segera Bhatara beryoga, tidak lama kemudian benar-benar
togog itu menjelma menjadi Manusiatampan. Tidak terkatakan betapa senang
hati perempuan itu seolah-olah tidak didunia rasanya Segera diayunnya,
dipangku dengan penuh nafsu gegritinan) dielus-elus sehingga hampir saja
keluar spermanya sebab terasa seolah-olah telah dicekam luapan madu
manis, lalu mencumbu dan merayunya. Tercengang Bhatara melihat tingkah
laku perempuan itu lalu bersabda hao kamu manusia, amatlah tidak
senonohmu sekarang terimalah kutukanku atas dosamu yang tidak tahu sopan
santun, tergesa-gesa, gegritinan mengelus-elus dihadapanku,tidak tahu
malu dan tidaak mengenal takut, semoga engkau selalu ribut dengan
keluarha, tidak serasi dalam bersuami istri, karena engkau bersuami
dengan Twed.
Selanjutnya apabila tiba saatnya lahir kandunganmu itu, semoga engkau
melahirkan gumatap-gumitip(setan dan sejenisnya) sejumlah 275 dan
menjadi musuh manusia di dunia. Selajutnya apabila engkau kembali
melahirkan anak dengan Ki tawulan (togog) semoga engkau seterusnya
bernama ki manggatewel seba berasal dari Twed Nangka . dimanapun
keturnanmu berada agar tetap disebut ki Tewel . itulah sebabnya ada
keturunan yang disebut ki Tewel